KEBENARAN MATEMATIKA BAGIAN II
KEBENARAN
MATEMATIKA (BAGIAN II)
MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Filsafat dan Sejarah Matematika
Oleh:
ACEP MUHAMAD ANWAR
162151086
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
SILIWANGI
TASIKMALAYA
2016
RANGKUMAN
Aksioma Peano memuat tiga term tak didefinisikan:
'0', 'bilangan', dan 'pengikut' dan 5 buah aksioma. Term-term tak didefinisikan
dapat diberi makna biasa, dan secara teoretis dalam takhingga cara. Tetapi
makna biasa ini harus mengubah kelima aksioma menjadi proposisi-proposisi yang
bernilai benar. Selanjutnya dapat diciptakan definisi kata-kata baru dari
termterm yang telah diberi makna biasa itu. Syaratnya definisi ini harus
menjadi proposisi yang bernilai benar. Dari definisi dan aksioma dalam makna
biasa akan diperoleh teori-teori melalui deduksi logis. Dengan demikian teori
yang telah diperoleh dengan makna biasa ini menjadi sistem matematika yang
letak kebenarannya ada pada definisi-definisi itu. G. Frege, Russell dan
Whitehead telah secara rinci memberi makna biasa dari term-term tak
didefinisikan Peano dan membuat definisi-definisi dengan teknik lambang logika.
'Bilangan 2' dalam primitif Peano adalah kosong dari arti. Bilangan 2 adalah
makna 'biasa'. Bilangan alam 2 (biasa) adalah ciri khas dari koleksi
himpunan-himpunan C terdiri dari objek-objek, yakni n(C) = 2. Bilangan 2
didefinisikan sebagai berikut: "Terdapat objek x dan objek y sedemikian
rupa sehingga (1) x C dan y C, (2) x y, (3) Jika z C adalah sebarang anggota di
C, maka z = x atau z = y" Dari definisi ini kita dapat menyimpulkan bahwa
n(C) = 2 dengan pertolongan logika.
Tiga term primitif Peano adalah '0', 'bilangan', dan
'pengikut', dapat iinterpretasikan dengan makna biasa dengan banyak cara.
Misalnya, primitif 'bilangan' diartikan bilangan alam 0, 1, 2, 3, ... Primitif
dalam makna biasa ini didefinisikan melalui konsep-konsep logika (ada 4 konsep
pokok). Ternyata aksioma-aksioma Peano, melalui deduksi, menjadi
proposisi-proposisi. Selanjutnya jika perlu diteruskan dengan membuat
definisi-definisi non-primitif melalui prinsip-prinsip logika. Dengan cara ini
seluruh teori matematika dapat dideduksi dengan menggunakan konsep-konsep
logika dan jika diperlukan ditambahkan 'aksioma pilihan' dan 'aksioma infinit'.
Dari kenyataan ini maka timbullah pemikiran bahwa matematika adalah cabang
logika. Akibat selanjutnya ialah bahwa kebenaran matematika terletak pada
definisi-definisi itu. Inilah letak kebenaran aksioma Peano dalam makna biasa.
Berbeda dengan teori geometri, geometri dipandang sebagai studi tentang
struktur ruang fisik, maka
rimitif-primitifnya harus dibangun dengan mengacu pada entitas fisik
jenis tertentu. Jadi, dengan demikian kebenaran teori geometri dalam
interpretasi ini terletak pada persoalan empiris. Tentang kegunaan matematika
dalam sains empiris, harus dilihat dengan telaah lebih mendalam. Sebagian
terbesar perkembangan sains empiris (IPA dan IPS) telah diperoleh melalui
penerapan terus menerus proposisi-proposisi matematika. Akan tetapi perlu
diingat, bahwa fungsi matematika di sini bukan memprediksi, melainkan sebagai
analisis atau ekspliaktif. Matematika membuka asumsi-asumsi secara eksplisit
atau membuka asersi-asersi yang termuat dalam premis-premis argumen. Matematika
membuka data, yakni, mana yang diketahui dan mana yang dipersoalkan. Jadi,
penalaran matematis dan logis adalah teknik konseptual membuka perangkat premis-premis
yang implisit menjadi premis-premis yang eksplisit.
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum
Wr. Wb.
Segala
puji hanya milik Allah Swt. Yang maha rahman dan rahim. Ucapan syukur saya
ucapkan pada dzat illahi robbi karena atas limpahan rahmat dan hidayahnya
penulis dapat menyusun makah ini.
Pertama
saya ucapkan terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah filsafat dan sejarah
matematika Bapak Dr. H. Ebih AR Arhasy, M.Pd. yang telah membimbing saya, dan
tak lupa ucapan terimakasih saya ucapkan juga pada semua pihak yang telah
membantu demi tersusn makalah ini .
Adapun
pokok bahasan dalam makalah ini antara lain kebenaran konsep-konsep dalam
matematika yang meliputi interpretasi primitif-primitif peano, definisi makna biasa
terhadap konsep-konsep aritmatika dalam term-term logika murni, dan kebenaran
matematika dalam sains empiris yang meliputi kebenaran postulat peano dalam
interpretasi biasa, matematika sebagai cabang dari logika, kegunaan matematika
atas materi objek empiris.
Dalam penyususnannya penulis mengakui
masih banyak kekuranagan untuk itu penulis berharap pembaca dapat mengembangkan
makalh ini dan lebih menyempurnakannya. Penulis berharap makalah ini dapat
membantu pembaca untuk mempermudah dalam pembelajaran filsafat dan sejarah
matematika khususnya kebenaran matematika bagian dua. Penulis berharap supaya
pembaca
makalah
ini dapat menambah wawasan serta pengetahuan mengenai kebenaran matematika
bagian dua.
Kritik
dan saran dari seluruh pembaca saya harapkan demi perbaikan makalah ini. Dengan
kritik dari pembaca maka perbaikan makalah ini dapat dilaksanakan dan dengan
saran pembaca juga perbaikan itu dapat dilakukan.
Tasikmalaya, Desember 2016
Penulis,
Acep
Muhamad Anwar
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................... iii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... v
BAB
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 2
C. Daftar Istilah.................................................................................... 2
D. Tujuan............................................................................................... 2
E. Manfaat............................................................................................ 3
BAB
II. PEMBAHASAN KEBENARAN KONSEP KONSEP
DALAM MATEMATIKA
A. Interpretasi Primitif-Primitif Peano................................................. 4
B. Definisi Makna Biasa Terhadap Konsep-Konsep
Matemartika Dalam Term-Term Logika Murni......................................................................... 5
BAB III. PEMBAHASAN
KEBENARAN MATEMATIKA DALAM SAINS EMPIRIS
A.
Kebenaran Postulat Peano Dalam
Interpretasi Biasa...................... 8
B.
Matematika Sebagai Cabang Dari Logika...................................... 9
C.
Kegunaan Matematika Atas Materi Objek
Empiris........................ 9
BAB
IV. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan........................................................................................... 12
B. Saran................................................................................................. 12
BAB V. DAFTAR PUSTAKA........................................................................... 13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Dalam proses perkuliahan tentunya ada proses belajar
didalamnya. Proses perkuliahan yang terjadi bisa berbeda tergantung dengan
disiplin ilmu yang dikajinya masing-masing, namun jika dilihat lebih dalam
meskipun berbeda bidang yang dikaji tetapi memiliki permasalahan yang mirip
seperti perlunya mendalami disiplin ilmu yang dikaji, takterkecuali dengan
perkuliahan dibidang pendidikan matematika. Dalam proses perkuliahan pendidikan
matematika tentunya memiliki kurikulum dan dengan adanya kurikulum maka ada juga
mata kuliah, seperti mata kuliah filsafat dan sejarah matematika yang merupakan
salah satu dari mata kuliah yang harus dituntaskan.
Dalam proses perkuliahan matakuliah
filsafat dan sejarah matematika umumnya khususnya pembelajaran sifat kebenaran
matematika bagian dua tentunya dibutuhkan kesadaran semua mahasiswa yang
mengontrak matakuliah tersebut akan pentingnya mempelajari dengan
sungguh-sungguh matakuliah filsafat dan sejarah matematika khususnya sifat
kebenaran matematika bagian dua. Namun, dalam prosesnya perkulihan tentunya
memiliki kendala yang tidak sedikit seperti kendala dalam mencari informasi
mengenai sifat kebenaran mtematika
bagian
dua, kemudian mencari penjelasan tentang hal tersebut dan juga kendala dalam
menganalisis hal tersebut.
Berdasarkan uraian diatas untuk
mengatasi permaslahan tersebut tentunya dibutuhkan suatu kajian mengenai sifat
kebenaran matematika bagian dua supaya mahasiswa dapat lebih memahami dan
mengerti mengenai sifat kebenaran matematika bagian dua dan menganalisisnya.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah
tersebut maka rumusan maslah yang ada dalam kajian ini adalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana cara mahasiswa mengetahui dan
memahami sifat kebenaran matematika bagian dua?
2.
Bagaimana cara mengkaji sifat kebenaran
matematika bagian dua?
3.
Bagaimana cra menganalisis sifat
kebenaran matematika bagian dua?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan
dari penulisan makalah ini adalah :
1.
Untuk mengetahui sifat kebenaran
matematika bagian dua;
2.
Untuk mengkaji sifat kebenaran
matematika bagian dua;
3.
Untuk menganalisis sifat kebenaran
matematika bagian dua.
D. Definisi
Istilah
1.
Matematka : ilmu tentang bilangan,
hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam
penyelesaian masalah mengenai bilangan.
2.
Kebenaran : pengakuan realitas.
3.
Kebenaran matematika : pengakuan realitas (nyata) tentang ilmu bilangan.
4.
Sains : pengetahuan sistematis yang diperoleh dari sesuatu observasi,
penelitian, dan uji coba yang mengarah pada penentuan sifat dasar atau prinsip
sesuatu yang sedang dipelajari.
5.
Empiris : pengalaman berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan.
6.
Sains empiris : pengetahuan sistematis yang diperoleh berdasarkan pengamatan
yang telah dilakukan.
E. Manfaat
Sesuai dengan tujuan penulisan makalah ini maka manfaat
yang dapat diambil dari penulisan makalah ini adalah :
1. Memnambah
informasi mengenai kebenaran matematika bagian dua;
2. Menjadi
bahan pembelajaran sifat kebenaran matematika;
3. Menjadi
bahan acuan dalam penulisan makalah tentang sifat kebenaran matematika bagian
dua kedepannya;
4. Meningkatkan
kemampuan menulis karya tulis penulis;
5. Menambah
wawasan penulis mengenai sifat kebenaran matematika bagian dua.
BAB II
PEMBAHASAN
KEBENARAN KONSEP KONSEP DALAM MATEMATIKA
A.
Interpretasi
Primitif-Primitif Peano
Aksioma peano dapat menjadi landasan dari semua
sistem matematika aksiomatis, sebagai konsekuensi dari hasil ini, seluruh
sistem matematika dapat dikatakan benar menurut definisi-definisi saja
(yakni,dari term-term matematika non primitif) asalkan kelima postulat peano
itu benar. Bagaimanapun mudahnya, kita tidak dapat mengacu pada postulat peano
sebagai proposisi-proposisi yang benar atau salah, sebab postulat itu
mengandung 3 term yang tidak terdefinisikan yang tidak diberikan makna khusus
(kosong dari arti). Sebegitu jauh yang dapat kita asersikan adalah bahwa setiap
interpretasi khusus yang kita berikan kepada term-term primitif yang memenuhi
kelima postulat – denagn kata lain, mengubah postulat ke dalam pernyataan yang benar – juga akan memenuhi
semua teorema yang dideduksi darinya. Sebab untuk sistem peano, terdapat
beberapa (bahkan tak hingga banyak) interpretasi yang dapat diberikan padanya.
Sistem peano memperkenalkan banyak interpretasi yang berlainan, sementara dalam
kehidupan sehari-hari dan juga dalam bahasa ilmiah, kita memberikan makna
khusus kepada konsep-konsep aritmatika. Jadi dalam pembicaraan keilmuan
sehari-hari, konsep
dua dipahami dengan cara demikian sehungga dari
pernyataan “bapak bakri dan juga bapak mardi, tetapi tidak ada orang lain lagi
di kantor, dan bapak bakri tidak sama dengan bapak mardi ,” kesimpulannya
“terdapat dua orang di kantor” menjadi kesimpulan yang valid.
Jika matematika kemudian harus menjadi teori yang
benar untuk konsep-konsep matemtika dalam makna yang diinginkan, tidak cukup
bahwa validasinya telah ditunjukan dengan mengatakan bahwa semua sistem telah
dapat diturunkan dari postulat-postulat peano plus definisi-definisi yang
sesuai; melainkan kita harus meneliti lebih lanjut apakah postulat-postulat
peano sungguh-sungguh benar apabila primitif =primitif diganti dengan makna
biasa, permasalahan ini, tentu saja, dapat dijawab hanya setelah makna biasa
dari term-term “0”, ”bilangan alam”, dan “pengikut” didefinisikan dengan jelas.
B.
Definisi Makna
Biasa Terhadap Konsep-Konsep Matemartika Dalam Term-Term Logika Murni
Definisi-definsi
yang sangat rigor dari jenis yang diinginkan benar-benar dapat dirumuskan, dan
dapat ditunjukan bahwa dengan konsep-konsep yang didefinisikan ini, semua
postulat peano berubah menjadi pernyataan yang benar. Hasil yang penting ini
deberikan oleh hasil karya penelitian G.
Frege (1848-1925) logikawan bangsa jermandan berikutnya karya yag lebih
rinci dan sistematis oleh logikawan dan filsuf inggris kontenporer B. Russell dan A. N. Whitehead. Perhatikan sejenak ide dasar yang menekankan definisi- definisi ini.
Suatu
bilangan alam ( dalam sistem peano disebut bilangan) dalam makna biasa dapt
dipandang sebagai ciri khas suatu himpunan objek tertentu jadi, misalnya,
himpunan apostol (sahabat nabi isa)
adalah bilangan 12, himpunan dione lima-tupel
bilangan 5, sembarang pasangan adalah bilangan 2, dan
sebagainya. Marilah sekarang kita ungkapkan secara persis makna dari asersi
bahwa himpunan tertentu C mempunyai bilangan 2, atau singkatnya n(C)=2.
Renungkan sejenak akan tampak bahwa definisi berikut cukup dalam arti makna
biasa untuk kosep 2: “terdapat objek x dan objek y sedemikian sehingga (1) x ÃŽ
C dan y ÃŽ
C , (2) x ≠ y , dan (3) jika z sembarang objek sedemikian sehingga z ÃŽ
C, maka z =x atau z = y ”. (perhatikan bahwa atas dasar definisi ini menjadi
sungguh mungkin menyimpulkan pernyataan “bayaknya orang dikantor adalah 2” dari
pernyataan “bapak bakri dan juga
bapak mardi, tetapi tidak ada orang lain lagi di kantor, dan bapak bakri tidak
sama dengan bapak mardi”; C disini adalah himpunan orang-orang
dikantor).
Pola
umum definisi-definisi ini dengan sendirinya dapat dipakai untuk sembarang
bilangan alam. Perhatikan khusunya bahwa definisi-definisi yang diperoleh ini
yang didefinisikan tanpa memuat sembarang term aritmatika, akan tetapi
semata-mata ungkapan-ungkapan yang diambil dari bidang logika formal, termasuk
tanda tanda identitas dan perbedaan.akhirnya 0 adalah koleksi semua himpunan
nol, yakni, koleksi semua himpunan tanpa unsur. Dan hanya terdapat satu
himpunan yang demikian, 0 menjadi lebih sederhana yakni, koleksi yang mempunyai
satu unsur himpunan nol. Definisi “pengikut” yang perumusan persisnya
melibatkan bnayak kecermatan untuk diungkapkan di sisni, merupakan suatu
ungkapan hati-hati dari ide sederhana yang akan dilukiskan oleh contoh berikut:
pandang bilangan 5, yakni, himpunan semua tupel. Kita pilih salah satu dari
lima - tupel ini dan menambahkan
kepadanya suatu objek yang bukan salahsatu anggotanya. Maka 5’, pengikut 5
kemudian dapat didefinisikan sebagai bilangn dengan menerapkan kepada himpunan
yang telah diperoleh (yang tentu saja enam - tupel).
Ciri
khas yang diberikan pada definisi-definisi deberikan secara hati-hati. Kasus
ini melukiskan teknik-lambang (atau teknik matematis, dan logika membuktikan
sangat perlu). Tampak bahwa definisi benda (yang didefinisikan) secara
eksklusif memuat term-term dari bidang logika murni. Semua konsep matematika
terbukti dapat didefinisikan dalam term-term empat konsep logika murni.
(Definisi satu atau lebih konsep-konsep matematika yang rumit dalam term-term
empat primitif yang baru saja disebutkan dapat memenuhi ratusan bahkan ribuan
halaman; tetapi jelaslah pengaruh ini bukan hasil kepentingan teoritis yang
baru diperoleh itu; hal ini hanya menunjukan kenikmatan besar dan
sungguh-sungguh praktis dan perlu bagi matematika dengan sistemnya yang sangat
luas dan dengan kerumitan yang tinggi untuk mendefinisikan konsep yang
diperlukan).
BAB III
PEMBAHASAN
KEBENARAN
MATEMATIKA DALAM SAINS EMPRIS
A.
Kebenaran Postulat Peano Dalam
Interpretasi Biasa
Kita
tuliskan lagi postulat peano dibawah ini untuk memudahkan mengacu:
P1.
0 adalah suatu bilangan
P2.
Pengikut sembarang bilangan adalah bilangan
P3.
Tidak ada dua bilangan yang menjadi pebgikut yang sama
P4.
0 buknlah pengukut bilangan apaun
P5.
Jika P adalah suatu sifat sedemikian
sehingga (a) 0 bersifat P, dan (b)
apabila suatu bilangan n bersifat P,
maka pengikut n’ juga bersifat P,maka setiap bilangan bersifat P.
Dapat
ditunjukan bahwa postulat-postulat peano seluruhnya berubah menjadi
proposisi-proposisi yang benar jika perimitif-primitif dikaitkan dengan
definisi-definisi yang dibicarakan itu.
Jadi,
P1 (0 adalah suatu bilangan) adalah benar sebab himpunan semua blangan – yakni,
bilangan alam – didefinisikan sebagai terdiri atas 0 beserta
pengikut-pengikutnya. Kebenaran P2.( Pengikut sembarang bilangan adalah
bilangan) mengikuti definisi yang sama. P5, prinsip induksi matematika benar
pula. P4. 0 (buknlah pengukut bilangan apaun)
kebenarannya
dapat dilihat. Bukti P3. (Tidak ada dua bilangan yang menjadi pebgikut yang
sama) menyajikan esulitan tertentu. Kesulitan ini dapat diatasi dengan
mengintroduksi “aksioma infinitif “ yang menyatakan, kebenaran objek tak hingga
banyak (infinit), sehingga membuat kebenaran P3 tlah ditunjukan.
B.
Matematika Sebagai Cabang Dari Logika
Menurut
kaum logistik matematika adalah cabang dari logika, matematika dapat diturunkan
dari logika dengan cara sebagai berikut:
1.
Semua konsep matematika, yakni,
aritmatika, aljabar, analisis, dapat didefinisikan dalam term-term empat konsep
logika murni.
2.
Semua teorema matematika dapat dideduksi
dari definisi definisi itudengan melalui prinsip-prinsip logika (trmasuk
aksioma pilihan dan aksioma infinitas).
dalam
arti ini dapat dikatakan bahwa proposisi-proposisi sistem matematika, seperti
dibatasi disini, adalah benar menurut definisi-definisi konsep matematika yang
terlibat, atau bahwa proposisi membuat eksplisit ciri-ciri tertentu tempat kita
memberikan konsep-konsep matematika dengan definisi. Dengan demikian proposisi
matematika telah memilikikepastian yang tidak dapat dipermasalahkan yang
merupakan ciri khasnya.
Proposisi-proposisi
matematika adalah kosong dari konten faktual; mereka tidak membawa informasi
apapun atas materi subjek empiris.
C.
Kegunaan Matematika Atas Materi Objek
Empiris
Hasil ini nampaknya tidak cocok dengan hasil yang
menyatakan bahwa semua matematika telah membuktikan keunggulannya untuk
diterapkan pada materi subjek empiris. Sebenarnya sebagian besar pengetahuan
ilmiah masa kini telah di peroleh melaui kesadaran terus-menerus atas penerapan
proposisi-proposisi matematika. Fungsi matematika sama sekali bukan untuk
prediksi, melainkan fungsi analisisis atau eksplikatif.
Penalaran matematis telah membuka bhawa premis-premis memuat – tersembunyi
didalamnya, seperti seharusnya – suatu asersi kasus yang belum terungkap.
Penalaran matematis dan juga logis adalah suatu teknik konseptual dalam
membuatnya menjadi eksplisit dari apa yang semula implisit yang termuat dalam
seperangkat premis konklusi – konklusi yang diberikan oleh teknik ini tidak
mengasersikan apa-apa yang secara teoritis
baru dalam arti tidak termuat didalam isi premis – premis.
Analisis yang serupa dapat dilakukandalam semua
kasus penerapan matematika , termasuk yang melibatkan, umpamanya, kalkulus. Dan
sebenarnya dalam kasus kegagalan prediksi yang terjadi akan dipandang sebagai
indikasi sebagai ketidakbenaran faktual paling sedikit didalam premis-premis
yang terlibat, tetapi tidak akan pernah mengindikasi bahwa prinsip – prinsip
matematis yang terlibat tidak bermanfaat.
Jadi dalam membangun ilmu pengatahuan empris,
matematika dan logika mempuyai fungsi, demikian dikatakan, sebagai bumbu
ekstrak teoritis. Teknik – teknik teori matematis dan logis dapat menghasilkan
tidak
lebih daripada bumbu informasi faktual dan bukan termuat dalam asumsi-asumsi
yang diterapkan. Akan tetapi matematika dan logika dapat menghasilkan lebih
banyak bumbu jenis daripada apa yang mungkin diantisipasi atas penglihatan
intuitif awal asumsi asumsi yang membangun masukan kasar untuk di ekstrak.
Ada baiknya kita perhatikan secara singkat status
disiplin matematis yang sejalan dengan matemika dan logika. Masing masing
disiplin ini dapat dikembangkan sebagai sistem deduktif murni atas dasar
seperangkat postulat yang sesuai.
Dalam kasus aritmatika terbukti kemungkinan satu
langkah lebih maju, yakni mendefinisikan makna biasa dari primitif-primitif
dalam termm konsep – konsep logika murni dan menunjukan bahwa postulat-postulat
– aritmatika dalah benar tanpa syarat menurut definisi-definisi. Dalam
penerapannya pada materi subyek empiris maka teori-teori matematis tidak kurang
peranannya sejalan dengan aritmatika dan logika murni, mempunyai fungsi sebagai
alat analisis, yang membawa ke implikasi seperangkat asumsi yang diberikan
tetapi tidak menambah apapun isinya.
Disamping matematika tidak berkontribusi apapun
terhadap konten pengetahuan dalam materi empiris kita, matematika sama sekali
tidak dapat dikesampingkan sebagai suatu instrumen untuk validasi dan bahkan
untuk ungkapan linguistik pengetahuan-pengetahuan.
Maka garis besar pada analisis pada bagian ini
menunujukan sitem matematika sebagai struktur konseptual raksasa dan cerdik
tanpa konten empiris dan bahkan sekaligus sangat perlu. Dan merupakan instrumen
teoritis yang sangat kuat bagi pemahaman ilmiah dan penguasaan dunia tempat
kita berpengalaman.
BAB
IV
SIMPULAN
DAN SARAN
A.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil
kajian dan analisis yang telah dilakukan pada makalh ini maka dapat ditarik
simpulan sebagai berikut :
1.
Kebenaran matematika diawali dengan aksioma dan teori matematika
diturunkan secara logis dengan sistem logika maka kebenaran matematika disebut
kebenaran kondisional.
2.
Kebenaran perangkat aksioma matematika bukan self evident truth bukan
pula sains empiris yang lebih umum tetapi apriori, benar sekali untuk
selamanya.
3.
Kebenaran perangkat aksioma matematika bukan self evident truth bukan pula
sains empiris yang lebih umum tetapi apriori, benar sekali untuk selamanya.
B. SARAN
Penulis
menyadari bahwa sepenuhnya dalam penuisan makalah ini masih terdapat bahkan
banyak kekurangan untuk itu penuis berharap pembaca dapat menyempurnakan
makalah ini keepannya. Penulis juga menyarankan pada para pembaca untuk
memiliki sumber lain untuk selain dari
makalh ini, dengan menambah sumber yang dapat dipertanggungjawabkan tentunya
dapat lebih membuat pembaca memahami bahasan diatas dan juga dapat membuat makalah ini menjadi lebih bermanfaat.
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
Sukardjono. (2008). Matei Pokok Hakikat dan Sejarah Matematika.
Jakarta: Universitas Terbuka
Anonim. (2016). Filsafat dan sejarah matematika : Tidak
Diterbitkan.
Maulana, Ganjar. (2015). Cara Menulis Daftar Pustaka Dari Berbagai
Sumber. [Online]. Tersedia: http://bacaterus.com/cara-menulis-daftar-pustaka/ [27 agustus 2016].
Comments
Post a Comment